Sejarah Pendidikan Prasekolah

Pada tahun 1840, Friedrich Fröbel, yang berkebangsaan Jerman, mendirikan sekolah pertamanya yang bernama “Kindergarten”. Kinder berarti anak dan garten berarti taman. “Taman Anak” ini berdiri di kota Blankerburg dan merupakan pelopor sekolah bagi anak-anak usia dini di dunia. Menurut Fröbel, anak-anak kecil itu seharusnyalah dianggap dianggap sebagai tumbuh-tumbuhan yang masih meminta pemeliharaan serta perhatian sepenuhnya dari si ‘juru taman’.

Fröbel berkeinginan agar anak-anak kecil itu sedapat mungkin didekatkan dengan alam. Dalam Taman Anak ini diajarkan nyanyian-nyanyian, permainan serta macam-macam pekerjaan anak-anak. Fröbel ingin menggunakan keinginan untuk bertenaga dari tiap-tiap anak kecil, hingga segala tingkah lakunya yang oleh anak-anak sendiri dialami sebagai kesenangan, memberi manfaat yang sebesar-besarnya, baik untuk hidupnya lahir maupun untuk hidup rohaninya. Selain itu, diharapkan taman ini menjadi tempat yang menyenangkan, ceria, gembira, bermain, bebas beraktivitas, bereksplorasi sehingga anak menjadi ceria, terampil, cerdas dan mandiri.

Setelah Fröbel (akhir abad ke-18), ungkapan mengenai kemerdekaan dalam usaha pendidikan sudah terbuka, dan yang paling terkemuka pada akhir abad ke-19 adalah Maria Montessori dengan “Montessori-scholen”-nya yang kini terdapat di seluruh dunia. Montessori mendukung Fröbel dengan mengatakan bahwa masa anak-anak akan mempengaruhi masa dewasa yang akan datang (perkembangan anak mempengaruhi perkembangan dewasa).

Dr.Maria Montessori adalah seorang tabib wanita bangsa Itali yang kemudian pada tahun 1900 menghentikan praktek kedokterannya dan tetap masuk ke dalam kalangan pendidikan. Awal mula Montessori tertarik ke dalam dunia pendidikan adalah pada saat dia berusaha untuk mengembalikan anak-anak yang pada saat itu dianggap gila, idiot, menjadi anak-anak hidup secara normal seperti anak-anak seusianya, dan hal itu berhasil hingga Montessori menjadi kinderpaedagoog atau ahli pendidik anak-anak.

Pada tahun 1907, Montessori mendirikan rumah sekolah yang dinamakan “Casa deibambini” yang berarti “rumah untuk merawat anak-anak”. Maksud didirikan sekolah ini adalah agar anak-anak berada di dalam rumah perawatan selama orang tuanya bekerja di pabrik, dan pada waktu petang diambil kembali oleh orang tuanya masing-masing.

Sekolah Montessori berbeda dengan sekolah Taman Anak Fröbel karena sekolah Taman Anak masih terbatas untuk kaum atasan dan dalam beberapa hal dianggap kurang sesuai dengan jaman pada saat Montessori. Selain itu, Montessori mendapatkan penghargaan luar biasa karena hasratnya yang subjektif untuk memperbaiki dan menyempurnakan cara pendidikan bagi anak-anak umumnya, khususnya bagi anak-anak yang kekurangan fikiran, namun dia juga memegang teguh dasar dan azas ilmu pengetahuan dalam segala penyelidikan. Berbagai percobaan telah dilakukan, sehingga pengetahuan pendidikan, teori-teori pendidikannya didasarkan bukti-bukti yang konkrit.

Montessori mengatakan bahwa anak-anak jangan diajari tapi harus dituntun. Di dalam sekolah Montessori tidak ada pengajar, yang ada adalah penuntun yang bertugas terus melihat dan mengamati si anak. Segala perbuatan yang spontan harus diperhatikan, dibolehkan, jangan dilarang atau dihalang-halangi. Anak-anak harus dituntun secara individu. Satu hal yang penting dalam maksud pendidikan menurut Montessori adalah mencerdaskan jiwa anak-anak menurut kodratnya masing-masing. Metode ini sangat terkenal di Eropa dan Amerika. Selain itu, dimana-mana berdirilah perhimpunn-perhimpunan Montessori, dan buku-bukunya diterbitkan dalam pelbagai bahasa. Juga di Indonesia, pada jaman Belanda sudah ada beberapa sekolah Montessori dan perhimpunannya, yang menamakan dirinya “Montessori-groep” yang berpusat di Malang.

Sekitar tahun 1941, Indonesia, yakni di perguruan Taman Siswa akan mendapat kehormatan berupa tinjauan langsung oleh ahli pendidik Montessori, namun dibatalkan karena saat itu Indonesia sedang perang melawan Belanda.

Pada tanggal 3 Juli 1922, perguruan nasional Taman Siswa, yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara membuka sekolah anak-anak kecil di bawah umur 7 tahun, yang dinamakan Taman Lare atau Taman Anak. Selanjutnya nama seklah ini diganti menjadi “Taman Indria”. Alasannya adalah karena dipandang dari sudut psikologi, jiwa anak-anak di bawah umur 7 tahun itu semata-mata masih berada dalam periode perkembangan panca-inderanya. Dasar inilah yang dipakai Fröbel untuk memberi bentuk, isi dan metodenya pada Kindergarten. Dasar itulah pula yang leh Montessori digunakan untuk mewujudkan cita-cita pendidikannya bagi anak-anak.

Dasar-dasar sistem pendidikan Taman Siswa bagi anak-anak di bawah umur 7 tahun ini memodifikasi metode Fröbel dan metode Montessori, dan menyesuaikannya dengan adat Timur. Taman Indria inilah yang merupakan awal mula terbentuknya sekolah Taman Kanak-kanak di Indonesia.

Antara tahun 1922-1951 terjadi krisis ekonomi dan krisis pendidikan di Indonesia, sehingga perkumpulan wanita yang mendirikan Taman Kanak-kanak pun akhirnya gagal dan tidak berjalan panjang. Namun pada tahun 1957, didirikanlah TK dalam sebuah garasi yang didukung para ibu pada saat itu, dan selanjutnya berdirilah TK-TK lain di Indonesia. Selain itu, berdiri pula Yayasan Beribu yang dipelopori oleh Ibu Mary Saleh, yang bertujuan membuat kursus guru-guru TK.

Sebetulnya, yang menggagas berdirinya Yayasan Beribu adalah seorang Belanda yang bernama Rina Marsaman. Gagasan ini bermula untukmengisi waktu luang para ibu yang ditinggal perang oleh suaminya, untuk mengajar anak-anak di sekitarnya. Mary Saleh, Ema P, dan Ema S. menjadi 3 wanita yang belajar langsung di Eropa untuk pengetahuannya dalam mendirikan Yayasan Beribu ini. Yayasan Beribu telah berhasil mencetak guru-guru TK yang selanjutnya tersebar di berbagai TK di Indonesia.

Sejak tahun 1957 dan sejak PP nomor 27 tahun 1990, TK di Indonesia telah sangat pesat dalam segi jumlah sampai sekarang. Menurut PP tersebut : pendidikan prasekolah berguna untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau di jalur pendidikan luar sekolah, dan Taman Kanak-kanak adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar.

Pada tahun 2000, pemerintah mulai memperhatikan TK, dan sejak tahun 2002 muncullah berbagai variasi TK seperti TK Plus, Terpadu, Unggul dan TK Full Day; namun Yayasan Beribu tetap sebagai pelopor berdirinya pendidikan guru TK di Indonesia.